Puasa Usai, Ujian Sebenarnya Baru Dimulai

Banyak orang berpikir bahwa setelah Ramadhan, perjuangan telah usai. Padahal, sejatinya ujian yang sebenarnya baru dimulai. Sebab, Ramadhan adalah bulan latihan, sedangkan hari-hari setelahnya adalah medan pertempuran nyata.

‐----

PEDOMAN KARYA 

Ahad, 30 Maret 2025


Kultum Ramadhan:


Puasa Usai, Ujian Sebenarnya Baru Dimulai


Oleh: Furqan Mawardi

(Muballigh Akar Rumput)


السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُه

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita nikmat kehidupan, nikmat iman, dan nikmat Islam. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi kita, Nabi Muhammad ﷺ, kepada keluarganya, sahabatnya, serta kita semua yang istiqamah dalam jalan kebaikan hingga akhir hayat.

Hadirin yang dirahmati Allah,

Bulan Ramadhan telah mengajarkan kita banyak hal. Kita telah menjalani ibadah puasa, shalat malam, memperbanyak tilawah, serta menahan diri dari hawa nafsu. 

Setiap detiknya, kita berusaha untuk menjadi hamba yang lebih taat, lebih dekat kepada Allah, dan lebih baik dalam hubungan dengan sesama. Namun, ada satu pertanyaan besar yang harus kita renungkan: Apakah setelah Ramadhan kita tetap seperti ini?

Banyak orang berpikir bahwa setelah Ramadhan, perjuangan telah usai. Padahal, sejatinya ujian yang sebenarnya baru dimulai. Sebab, Ramadhan adalah bulan latihan, sedangkan hari-hari setelahnya adalah medan pertempuran nyata.

Hadirin yang saya muliakan..

Selama sebulan penuh, kita ditempa oleh Ramadhan untuk menjadi pribadi yang lebih bertakwa. Kita diajarkan untuk mengendalikan diri, menjauhi maksiat, dan menahan amarah. Namun, apa gunanya semua itu jika setelah Ramadhan kita kembali seperti sebelumya?

Allah berfirman:
وَلَا تَكُونُوا كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ أَنكَاثًا
"Janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali..." (QS. An-Nahl: 92)

Ayat ini memberikan gambaran yang sangat jelas. Jangan sampai kita seperti orang yang sudah bersusah payah membangun sesuatu, lalu menghancurkannya sendiri. 

Jangan sampai setelah Ramadhan kita kembali melalaikan shalat, kembali bermaksiat, kembali jauh dari Alquran, dan kembali dikuasai hawa nafsu. Bukankah ini tanda bahwa kita gagal dalam ujian sesungguhnya?

Ramadhan adalah madrasah yang menanamkan nilai-nilai ketakwaan. Namun, apakah kita benar-benar lulus dari madrasah itu? 

Kehidupan setelah Ramadhan adalah ujian sebenarnya untuk membuktikan apakah kita benar-benar berubah atau hanya menjalani kebiasaan temporer.

Hadirin yang berbahagia

Dalam sebuah hadits, Rasulullah ﷺ bersabda:
إِذَا دَخَلَ شَهْرُ رَمَضَانَ فُتِحَتْ أَبْوَابُ الجَنَّةِ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ، وَسُلْسِلَتِ الشَّيَاطِينُ
"Apabila bulan Ramadhan tiba, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu." (HR. Bukhari dan Muslim)

Selama Ramadhan, setan-setan dibelenggu. Namun, setelah Ramadhan, mereka kembali dilepaskan. Ini berarti ujian semakin berat, karena kita tidak lagi dalam kondisi ‘terlindungi’ seperti saat Ramadhan.

Saat Ramadhan, kita lebih mudah menahan amarah, lebih mudah bangun malam, lebih rajin ke masjid, dan lebih dekat dengan Alquran. Tapi setelah Ramadhan? Bisakah kita tetap menjaga itu semua?

Setan akan kembali menggoda dengan segala tipu dayanya. Mereka akan berbisik, “Tidak perlu terlalu rajin lagi, Ramadhan sudah selesai.” Mereka akan membisikkan rasa malas, menumbuhkan kembali hawa nafsu, dan mengajak kita kembali ke kebiasaan lama. Inilah ujian sebenarnya!

Jika setelah Ramadhan kita tetap istiqamah, tetap menjaga ibadah, tetap menjauhi maksiat, dan tetap memiliki semangat berbagi, maka itu pertanda bahwa kita benar-benar lulus dari Ramadhan.

Hadirin yang rahimakumullah...

Salah satu tanda bahwa Ramadhan benar-benar membekas dalam diri kita adalah istiqamah dalam kebaikan. Rasulullah ﷺ bersabda:
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
"Amal yang paling dicintai Allah adalah yang paling konsisten, walaupun sedikit." (HR. Bukhari dan Muslim)

Ini adalah prinsip penting. Jangan sampai setelah Ramadhan, semangat ibadah kita meredup. Jangan sampai setelah Ramadhan, mushaf Alquran kembali berdebu. Jangan sampai setelah Ramadhan, masjid-masjid kembali sepi. Karena jika demikian, Ramadhan kita hanya bersifat seremonial, bukan sesuatu yang benar-benar mengubah diri kita.

Ada tiga hal sederhana yang bisa kita lakukan agar tetap istiqamah setelah Ramadhan:

1. Menjaga Shalat, Jika selama Ramadhan kita selalu tepat waktu dalam shalat, maka setelah Ramadhan jangan sampai kembali menunda-nunda shalat atau bahkan meninggalkannya.

2. Tetap Berinteraksi dengan Alquran – Jangan biarkan Alquran hanya menjadi bacaan musiman saat Ramadhan. Biasakan membaca dan mentadabburi maknanya setiap hari, meskipun hanya beberapa ayat.

3. Menjaga Sedekah dan Kepedulian Sosial – Jangan hanya bersedekah saat Ramadhan. Jadikan berbagi sebagai kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari.


Ramadhan Bukan Akhir, tetapi Awal


Hadirin sekalian..

Ramadhan bukanlah garis finish, melainkan titik awal. Ia adalah momentum yang Allah berikan agar kita bisa merasakan manisnya ibadah, dekat dengan Alquran, dan melatih kesabaran. Namun, setelah Ramadhan, apakah kita tetap bisa menjaga semua itu?

Jika kita kembali lalai, kembali malas beribadah, dan kembali tergoda oleh dunia, maka itu tanda bahwa kita gagal dalam ujian sebenarnya. Namun, jika kita tetap istiqamah, tetap menjaga ibadah, tetap menjauhi maksiat, dan tetap dekat dengan Allah, maka insyaAllah Ramadhan kita telah benar-benar membentuk diri kita.

Maka, marilah kita bermuhasabah. Apakah Ramadhan hanya sekadar ritual tahunan, atau benar-benar menjadi titik balik dalam hidup kita?
Semoga Allah menerima amal ibadah kita, menjadikan kita pribadi yang lebih bertakwa, dan memberikan kekuatan untuk tetap istiqamah di jalan-Nya. آمِيْنَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ.
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama