-------
Rabu, 26 Maret 2025
Rektor Unismuh
Makassar Rakhim Nanda Sebut Ambo Asse Penutur Ulung
Bedah Buku: “Ambo Asse, Sang Penegak
Purifikasi, Pendorong Dinamisasi”
MAKASSAR, (PEDOMAN KARYA). Ambo
Asse adalah seorang akademisi dan organisatoris yang sangat cakap dalam
bertutur. Salah satu keunikannya adalah ketika berdiri di atas mimbar atau
mimbar publik, ia bisa bercerita banyak hal dengan durasi yang lama namun tetap
sistematis.
“Prof Ambo Asse bisa sampai ke titik itu
karena kaya pengalaman dan spesialisasi bidang studi. Hal itulah yang
dielaborasi sehingga beliau layak disebut sebagai penutur ulung,” kata Rektor
Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, Dr Abdul Rakhim Nanda, saat tampil
sebagai pembahas bedah buku “Ambo Asse, Sang Penegak Purifikasi, Pendorong
Dinamisasi”, di Aula Pusdam Sulsel, Selasa, 25 Maret 2025.
Rakhim Nanda yang empat tahun menjabat
Wakil Rektor I di masa kepemimpinan Ambo Asse sebagai Rektor Unismuh Makassar (Periode
2020-2024) mengaku kerap mendapati Ambo Asse merasa kesulitan ketika didaulat
menjadi pembicara namun waktu yang diberikan kepada beliau hanya berdurasi
belasan menit.
“Ambo Asse kekeh memilih jalannya dalam
menempuh studi. Beliau ini terkadang berkomentar dan susah menerima kalau hanya
diberi kesempatan bicara beberapa menit, karena tidak akan sampai pada
kesimpulan. Saya selama bersama beliau, saya lebih banyak mencatat poin-poin
penyampaian beliau ketimbang mencatat ide diri saya sendiri,” tutur Rakhim
disambut tawa hadirin.
Tak hanya itu, hal unik lain yang dimiliki
Ambo Asse adalah ketelatenannya dalam melakoni bidang studi Ilmu Hadits, sehingga
beliau menjadi akademisi yang unggul pada disiplin ilmunya.
“Di ruangan ini, kalau ada yang bertanya kepada
beliau tentang syariat sebagaimana Muhammadiyah, tidak akan ada yang lolos,
pasti ada semua jawabannya,” kata Rakhim Nanda sambil tersenyum.
Saat diberi kesempatan bicara, Prof Ambo
Asse menanggapi pernyataan Rakhim Nanda dengan menceritakan salah satu
pengalamannya yang terjadi pada suatu acara halal bihalal sesudah lebaran Idul
Fitri.
“Suatu ketika saya pernah menghadiri halal
bihalal. Saya sudah duduk lama. Ketika saya mau naik ke mimbar, saya dibisik
sama panitia. Panitia bilang bicara lima menit saja. Subhanallah! Apa yang mau
saya sampaikan dalam lima menit. Makanya sekarang kalau ada undangan, saya
konfirmasi, berapa lama saya harus bicara. Kenapa harus begitu? Karena kita
ingin menyampaikan hal-hal yang bermakna, dan itu tidak bisa jika waktunya
sangat singkat,” kata Ambo Asse.
Bedah buku “Ambo Asse, Sang Penegak
Purifikasi, Pendorong Dinamisasi” diadakan oleh Majelis Pustaka dan Informasi
(MPI) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulawesi Selatan (Sulsel).
Tampil sebagai pembedah Abdul Rakhim
Nanda, Dr Ashabul Kahfi (Anggota DPR RI / mantan Sekretaris Pimpinan Wilayah
Muhammadiyah Sulsel), Dr Andi Afdal Abdullah (Direktur SDM dan Umum BPJS
Kesehatan), serta pengantar oleh Ketua MPI Muhammadiyah Sulsel, Hadisaputra, yang
juga salah satu dari dua penulis buku itu (penulis lainnya adalah Eka Damayanti).
Direktur SDM dan Umum BPJS Kesehatan, Andi
Afdal Abdullah, dalam pembahasannya mengatakan, salah satu hal menarik dan
membuatnya terkesan dalam buku Ambo Asse itu adalah bagian testimoni istrinya.
“Di dalam buku ini ada testimoni dari
istri Prof Ambo Asse. Testimoninya, ‘kalau ada yang berkata macam-macam tentang
kita, tapi tidak sesuai fakta, tidak perlu direspons’. Jadi salah satu alasan
kita bisa bertahan adalah tidak harus peduli terhadap hal-hal yang tidak begitu
penting,” kata Afdal.
Anggota DPR RI / mantan Sekretaris
Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel, Ashabul Kahfi, menceritakan pengalamannya
di beberapa momen dan mendapati Ambo Asse sebagai sosok yang tegas dan teguh
pendirian jika telah mengambil keputusan.
“Saya mengingat bahwa beliau ini sangat kokoh dengan pendirian. Kalau sudah berpendapat, pokoknya tidak akan tumbang. Ini sangat jarang dimiliki oleh orang di Muhammadiyah,” kata Kahfi. (asnawin)