Sikap Nabi Menyikapi Orang yang Suka Mencaci

Orang Badui itu terkejut. Ia tidak menyangka bahwa Rasulullah ﷺ justru membalasnya dengan ketenangan. Melihat hal itu, orang Badui semakin marah dan mencaci beliau lebih keras lagi.

 

------

PEDOMAN KARYA

Selasa, 04 Maret 2025

 

Kultum Ramadhan 3:

 

Sikap Nabi Menyikapi Orang yang Suka Mencaci

 

Oleh: Furqan Mawardi

(Muballigh Akar Rumput)

 

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah ﷻ, yang telah mengutus Rasulullah ﷺ sebagai suri teladan bagi seluruh umat manusia. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad ﷺ, kepada keluarganya, para sahabatnya, dan kita semua yang mengikuti jejaknya hingga akhir zaman.

Hadirin yang dirahmati Allah,

Hari ini saya ingin menyampaikan sebuah kisah luar biasa tentang bagaimana Rasulullah ﷺ menyikapi orang yang mencaci maki dan menghina beliau. Kisah ini mengajarkan kepada kita tentang kesabaran, akhlak mulia, dan bagaimana seorang Muslim seharusnya bersikap dalam menghadapi kebencian dan hinaan.

Seorang Badui yang Kasar

Suatu hari, Rasulullah ﷺ sedang berjalan bersama para sahabatnya. Tiba-tiba, datang seorang Arab Badui yang kasar sikapnya, lalu ia menghina dan mencaci Rasulullah ﷺ dengan kata-kata yang sangat menyakitkan.

Para sahabat yang mendengar cacian tersebut pun marah. Mereka ingin membalas penghinaan itu dan membela Rasulullah ﷺ. Namun, sebelum mereka bertindak, Rasulullah ﷺ justru tersenyum dan bersikap tenang.

Kemudian, beliau berkata dengan penuh kelembutan,

“Saudaraku, apakah engkau sudah selesai?”

Orang Badui itu terkejut. Ia tidak menyangka bahwa Rasulullah ﷺ justru membalasnya dengan ketenangan. Melihat hal itu, orang Badui semakin marah dan mencaci beliau lebih keras lagi.

Sahabat yang melihat hal ini semakin tidak sabar. Mereka ingin menghukum orang Badui itu, tetapi Rasulullah ﷺ tetap mencegah mereka.

Beliau lalu berkata,

“Biarkan dia, jangan kalian balas dengan keburukan.”

Setelah orang Badui itu puas melampiaskan amarahnya, Rasulullah ﷺ mendekatinya dengan senyum dan berkata dengan lembut,

“Apakah engkau sudah selesai, wahai saudaraku?”

Orang Badui itu terdiam. Ia tidak menyangka bahwa Rasulullah ﷺ tidak membalas cacian dengan kemarahan.

Kemudian Rasulullah ﷺ memandangnya dengan kasih sayang dan bertanya,

“Apakah engkau membutuhkan sesuatu? Jika engkau butuh bantuan, aku siap membantumu.”

Orang Badui itu tertegun. Ia melihat wajah Rasulullah ﷺ penuh kelembutan dan kasih sayang. Hatinya yang sebelumnya dipenuhi kemarahan kini mulai luluh. Ia menangis dan berkata,

“Maafkan aku, wahai Muhammad. Aku datang kepadamu dengan kebencian, tetapi kini aku pergi dengan hati penuh cinta kepadamu.”

Akhirnya, orang Badui itu masuk Islam dan menjadi salah satu sahabat yang setia kepada Rasulullah ﷺ.

Hadirin sekalian yang dirahmati Allah ﷻ,

Sikap Rasulullah ﷺ ini sesuai dengan firman Allah ﷻ dalam Al-Qur’an:

وَلَا تَسْتَوِي ٱلْحَسَنَةُ وَلَا ٱلسَّيِّئَةُ ٱدْفَعْ بِٱلَّتِي هِىَ أَحْسَنُ فَإِذَا ٱلَّذِى بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَٰوَةٌۭ كَأَنَّهُۥ وَلِىٌّ حَمِيمٌۭ

Wa lā tasta-wil-ḥasanatu wa as-sayyi-atu, idfa’ billatī hiya aḥsan, fa idzalladzī baina-ka wa baina-hū ‘adāwatun ka-annahū waliyyun ḥamīm.

“Tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang ada permusuhan antara kamu dan dia akan menjadi seperti teman yang setia.” (QS. Fussilat: 34)

Begitu juga dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّ الرِّفْقَ لَا يَكُونُ فِي شَيْءٍ إِلَّا زَانَهُ وَلَا يُنْزَعُ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا شَانَهُ

Inna ar-rifqa lā yakūnu fī syai’in illā zānahu wa lā yunza‘u min syai’in illā syānahu.

“Sesungguhnya kelembutan itu tidaklah ada pada sesuatu melainkan ia akan menghiasinya, dan tidaklah dicabut dari sesuatu melainkan akan memperburuknya.” (HR. Muslim No. 2594)

Hikmah dari Kisah Ini adalah :

1.      Jangan membalas keburukan dengan keburukan

Rasulullah ﷺ mengajarkan bahwa membalas hinaan dengan kemarahan hanya akan memperburuk keadaan, tetapi membalas dengan kelembutan bisa meluluhkan hati yang keras.

2.      Kesabaran dalam menghadapi orang yang mencaci

Rasulullah ﷺ tidak langsung marah ketika dihina. Sebaliknya, beliau sabar dan menunggu hingga orang itu selesai, lalu membalasnya dengan kasih sayang.

3.      Budi pekerti yang luhur mampu mengubah kebencian menjadi cinta

Orang Badui yang awalnya membenci Rasulullah ﷺ akhirnya masuk Islam karena melihat akhlak beliau yang luar biasa.

4.      Islam mengajarkan kelembutan, bukan kekerasan

Ketika menghadapi hinaan atau cercaan, Islam tidak mengajarkan balas dendam, tetapi mengajarkan untuk bersikap lembut dan tetap berbuat baik.

            Dan sebagai penutup dari kultum singkat saya ini, saya berikan sebuah pantun:

Jika hati dipenuhi marah

Jangan balas dengan kebencian

Balaslah dengan akhlak yang indah

Agar musuh jadi teman sejati dalam kebaikan

 

Hadirin yang dimuliakan Allah,

Semoga kisah ini menjadi pelajaran bagi kita untuk selalu bersikap lembut dan sabar dalam menghadapi kebencian. Dengan akhlak yang baik, insyaAllah kita bisa menebarkan cahaya Islam kepada orang lain.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


......

Kultum Ramadhan 2:

Ketika Rasulullah Tersenyum Melihat Seorang Pendosa

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama