-----
PEDOMAN KARYA
Senin, 10 Maret 2025
Visi Alexander the
Great, Penaklukan dan Pencerahan
Oleh: Andi Afdal Abdullah
(Dokter / Direktur SDM dan Umum BPJS
Kesehatan)
Dalam sejarah, para pemimpin besar sering
diingat karena kemampuan militernya, strategi politiknya, atau pengaruh
budayanya. Namun, ada sedikit yang memahami bahwa Iskandar Agung atau Alexander
the Great (356-323 BC) tidak hanya seorang penakluk ulung, tetapi juga seorang
penggagas eksplorasi ilmu pengetahuan.
Ketertarikannya pada ilmu pengetahuan
bukan sekadar hobi, tetapi sebuah strategi yang membentuk dunia Helenistik dan
membawa revolusi dalam pemikiran ilmiah pada zamannya.
Ekspedisinya, yang dimulai dari Yunani dan
membentang hingga India, tidak hanya memperluas batas-batas politik tetapi juga
batas-batas pengetahuan manusia. Dengan membawa ilmuwan, filsuf, dan peneliti
dalam perjalanannya, Iskandar menjadikan ekspedisi militernya sebagai
laboratorium bergerak untuk mengamati dunia, merekam data, dan mengintegrasikan
berbagai disiplin ilmu.
Ketertarikan Iskandar pada ilmu
pengetahuan bukanlah sesuatu yang muncul begitu saja, melainkan hasil dari
pendidikan yang ia terima dari Aristoteles, filsuf Yunani terbesar pada
masanya.
Aristoteles tidak hanya mengajarkan
filsafat kepada Iskandar tetapi juga ilmu alam, politik, dan etika. Di bawah
bimbingan Aristoteles, Iskandar belajar tentang geografi, zoologi, botani, dan
astronomi—semua disiplin yang nantinya akan ia eksplorasi lebih lanjut dalam
ekspedisinya.
Penting untuk dicatat bahwa Aristoteles
memiliki pandangan yang berbeda tentang dunia. Ia percaya bahwa dunia dapat
dipahami melalui observasi dan logika, bukan sekadar mitologi atau kepercayaan
buta. Pendekatan inilah yang tampaknya memengaruhi cara Iskandar melihat
wilayah yang ia taklukkan. Ia tidak hanya ingin menguasainya, tetapi juga ingin
memahaminya—dan untuk itu, ia membutuhkan para ilmuwan.
Geografi, Kartografi hingga Botani dan
Zoologi
Salah satu kontribusi terbesar ekspedisi
Iskandar terhadap ilmu pengetahuan adalah dalam bidang geografi dan kartografi.
Sebelum penaklukannya, dunia Yunani memiliki pemahaman terbatas tentang wilayah
timur. Sebagian besar peta yang ada saat itu berdasarkan mitos atau informasi
yang tidak akurat.
Namun, selama ekspedisinya, Iskandar
membawa serta para kartografer yang mencatat secara rinci wilayah yang mereka
lalui. Dengan mendokumentasikan pegunungan, sungai, dan perbedaan iklim di
berbagai daerah, ekspedisinya membantu memperkaya pengetahuan geografi dunia
Yunani.
Eratosthenes, salah satu tokoh geografi
terbesar di dunia kuno, kemudian menggunakan data dari ekspedisi Iskandar untuk
menyusun peta dunia yang lebih akurat. Peninggalan ini menjadi dasar bagi para
kartografer di kemudian hari, termasuk di dunia Islam yang berkembang di era
Abbasiyah.
Selama perjalanannya ke Asia, Iskandar dan
tim ilmuwannya mengamati flora dan fauna yang tidak dikenal di dunia Yunani.
Mereka mendokumentasikan spesies tanaman baru, terutama tanaman obat yang
digunakan di Persia dan India.
Salah satu contoh penting adalah gajah
perang India, yang membuat Iskandar kagum dan kemudian menginspirasinya untuk
mengadopsi penggunaan gajah dalam militernya. Sebelum itu, orang Yunani tidak
terbiasa menggunakan gajah dalam pertempuran, tetapi setelah mengamati
efektivitasnya dalam perang, mereka mulai mempelajari cara menanganinya.
Selain itu, tanaman-tanaman dari wilayah
timur, seperti rempah-rempah dan herbal yang digunakan dalam pengobatan
tradisional, mulai dikenal di dunia Yunani setelah ekspedisi ini. Ini menjadi
awal mula pertukaran pengetahuan medis antara dunia Barat dan Timur.
Astronomi, Etnografi hingga Revolusi Ilmu Pengetahuan
Dalam perjalanannya ke timur, para
astronom Yunani yang menyertai Iskandar mengamati perubahan posisi bintang
dibandingkan dengan yang terlihat di Yunani. Hal ini menjadi salah satu bukti
awal bahwa dunia lebih luas daripada yang sebelumnya diperkirakan.
Observasi ini menjadi penting dalam
pengembangan teori astronomi di kemudian hari. Para ilmuwan yang terinspirasi
dari ekspedisi Iskandar mulai mempertanyakan teori-teori lama tentang bentuk
dan ukuran bumi. Selain itu, pengaruh astronomi Persia dan India mulai masuk ke
dalam dunia Yunani, yang nantinya akan diwarisi oleh para ilmuwan Islam di era
keemasan peradaban Islam.
Iskandar tidak hanya tertarik pada
geografi dan ilmu alam, tetapi juga pada budaya dan adat istiadat masyarakat
yang ia taklukkan. Ia sering mengadakan dialog dengan para pemimpin lokal dan
sejarawan, mendokumentasikan sistem pemerintahan, agama, dan kebiasaan mereka.
Salah satu sejarawan terkenal yang ikut
dalam ekspedisinya adalah Callisthenes, yang mencatat kebiasaan dan struktur
sosial Persia serta India. Informasi ini tidak hanya berharga bagi dunia Yunani
tetapi juga menjadi dasar bagi pendekatan Iskandar dalam mengelola wilayah
taklukannya.
Ia menyadari bahwa untuk mengendalikan
wilayah yang luas, ia perlu memahami dan menghormati budaya setempat. Hal ini
terlihat dalam kebijakan pernikahan campur antara orang Yunani dan Persia serta
adopsi beberapa praktik pemerintahan Persia.
Salah satu warisan terbesar Iskandar dalam
bidang ilmu pengetahuan adalah pendirian kota Alexandria di Mesir. Setelah
kematiannya, penerusnya, Ptolemeus I, menjadikan kota ini sebagai pusat
intelektual dunia Helenistik.
Di Alexandria, Perpustakaan Alexandria
didirikan, yang kemudian menjadi pusat penelitian ilmiah terbesar di dunia
kuno. Perpustakaan ini menyimpan ribuan manuskrip dari berbagai peradaban,
termasuk Yunani, Mesir, Persia, dan India.
Para ilmuwan seperti Archimedes,
Hipparchus, dan Euclid berkembang di Alexandria, yang menjadi warisan
intelektual dari kebijakan Iskandar dalam menyebarkan ilmu pengetahuan.
Warisan Seorang Penakluk
Iskandar Agung lebih dari sekadar seorang
penakluk. Ia adalah seorang visioner yang memahami bahwa kekuatan bukan hanya
terletak pada senjata tetapi juga pada ilmu pengetahuan. Dengan membawa ilmuwan
dalam ekspedisinya, ia tidak hanya menaklukkan wilayah tetapi juga memperluas
cakrawala pemikiran manusia.
Dampak dari eksplorasi ilmiahnya terasa
jauh setelah kematiannya, dengan berkembangnya geografi, botani, astronomi, dan
studi budaya. Ia menghubungkan dunia Barat dan Timur, membuka jalur pertukaran
ilmu yang akan berkembang lebih jauh di era Romawi dan Islam.
Sungguh banyak pemimpin besar yang datang
dan pergi, tetapi sedikit yang meninggalkan warisan yang bertahan selama
berabad-abad. Iskandar Agung bukan hanya seorang jenderal yang menaklukkan
dunia, melainkan juga seorang pionir yang mengubah cara manusia memahami dunia.
Ia membuktikan bahwa kekuatan sejati bukan hanya dalam menguasai tanah, tetapi
dalam memahami dan menerangi peradaban manusia dengan ilmu pengetahuan.***