------
PEDOMAN KARYA
Selasa, 29 April 2025
Aku Kun Fayakun
Oleh: Maman A. Majid Binfas
(Sastrawan, Akademisi, Budayawan)
Esensi dari diksi “Kun fayakun” menurut
para tafsiran, di antaranya yang merupakan urusan membangkitkan (orang-orang
mati) adalah perkara mudah bagi Allah SWT. Maka, bila Allah menghendaki
sesuatu, Dia hanya berfirman, “Jadilah”, maka kemudian ia terjadi dan terwujud.
Diksi Kun Fayakun terdapat di dalam
surat An-Nahl ayat 40, yakni berarti secara utuh tafsirannya, yakni_
“Sesungguhnya firman Kami terhadap
sesuatu, apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya,
'Jadilah!' Maka jadilah sesuatu itu.”
Kemudian, menurut Buya Hamka, esensi frasa
“kun fayakun” (كُن فَيَكُونُ) berarti “Jadilah, maka terjadilah”. Ungkapan
ini menggambarkan kekuasaan Allah yang mutlak dalam menciptakan dan mengatur
alam semesta. Ketika Allah menghendaki sesuatu, cukup dengan perintah “kun”
(jadilah), maka hal itu langsung terjadi.
Termasuk, “kun” boleh jadi esensinya sama,
dengan pembuktian akan proses pemgakuan di dalam ber_“Alastu bi rabbikum”
sehingga “fayakun.”
Di mana esensi dari menafsirkan “Alastu bi
rabbikum” yang menurut Buya Hamka, adalah sebagai pengakuan bawaan manusia
tentang Allah sebagai Tuhan, dan bukti bahwa manusia memiliki perjanjian dengan
Allah untuk mengabdi kepada-Nya.
Esensi pengabdian untuk pantakan untuk
kehidupan berhingga kematian akan mesti terjadi menjadi kiblatan.
Kematian Mesti Terjadi
Kematian memang mesti terjadi, dan juga
ikhlas diterima sebagai suratan takdir Tuhan ber_Alastu bi rabbikum yang
berkalam, sekalipun tanpa diduga kehadirannya!
Terkecuali, telah dengan sengaja
mengingkari asas ber_Alastu bi rabbikum, memang harus diterima resiko akan
radius kekaramannya tanpa kompromi menjadi kutukan!
Bagi Tuhan terpenting telah diingatkan
akan esensi dari akar ber_Alastu bi rabbikum/Bukan Aku Tuhanmu, maka qolu Bala
syahidna/ya, kami bersaksi_ QS Al-A'raf;172.
Tergantung pilihan masing masing, apakah
tetap kepada akar komitmen di dalam bersaksi tulen atau mengingkarinya akan
Alastu bi rabbikum !
Dari dimensi frasa/bagian di atas,
sehingga goresan bertopik “Aku Juga Alastu BirabbikumMu” di Pedoman Karya
(Kamis, 17 April 2025) yang menukilkan diksi menjadi pernyataan utama.
Manakala, telah berani menantang titah
Tuhan melalui nabiNya, maka takdir sudah jelas menjadi malapetaka bergaris
tangan di hadapan mata. Dikarenakan telah sangat berani mengingkari sumpahnya
sendiri yang berdiksi “Alastu birabbikum: Apakah aku bukan Tuhanmu?”
Manakala, tidak mengakui dan
mengingkarinya, maka jangan salahkan Tuhan akan menyiapkan bara api jadi
bantalmu, baik di dunia berhingga berakhiratan.
Bantal Bara Api
Dini hari yang bening berharap dengan
linangan mata batin, semoga dijauhin dari /tidak berbantalin bara api, baik di
dunia maupun hingga berakhiratan!
Sungguh, aduhai betapa pedih dan
tersiksanya, bila terjadi bah fotograf berikut ini.
Lebih indah dan berdoa agar menjauhkan
diri dari gulita berbuat kezaliman, sebagaimana di dalam QS Ali Imran :192 yang
berarti;
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya orang yang
Engkau masukkan ke dalam neraka, maka Engkau benar-benar telah menghinakannya
dan tidak ada seorang penolong pun bagi orang yang zalim.”
Waduh, gimana kalau bantalan, bahkan lebih
dari 69 kali panasnya api dunia yang membayangi kehangusannya, akan
terlahap bara api yang menjadi gerombolan Abu Lahabi.
Konon, _bahkan semakin dekat tanda maut
kematian akan dirasa dan ditampakkan lebih dari rupa yang berbantalin bara api
yang lapar dan sungguh begitu seramnya, _Astagfirullah hul adzim.
Bara yang Lapar
Lahar bara yang lapar, melahap
tanpa sisa kayu bakar di dunia saja begitu
menakutkan.
Apalagi, membara hingga abu tak berdebu_
Sungguh, aduhai ngerihnya
Gimana bara neraka yang 69 kali
membaranya, sebagaimana HR. Bukhari dan Muslim, menukilkan sabda Rasulullah Saw
yang berarti:
“Sesungguhnya api neraka melebihi panasnya
enam puluh sembilan kali lipat.”
Aku tetap yakin, memang Tuhan akan tulen
dengan bukti nyata, atas segala ber_Alastu bi rabbikum menjadi “kun fayakun”_Nya
Aku Kun Fayakun
Aku ada, dikarenakan Engkau Ada, kalau tiada, maka tidak mungkin terjadi_
Karena KunMu, Aku jadi, dan atas
FayakunMu, Aku ber_Alastu bi rabbikum hingga Aku ber-Alif Lam Mim,
melebur dalam Nur ala nurMu
Aku, kun FayakunMu
(Mabinfas, 14:37, 27/4/2025)
Wallahualam